Meningkatkan Pemahaman Konsep IPS melalui Metode Contexstual Teaching and Learning
(CTL) di Sekolah Dasar
Sri Maha Dewi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP)
Email: dewimaha91@gmail.com
Abstrak : IPS merupakan mata pelajaran yang penting
disampaikan untuk siswa dalam rangka menyiapkan menjadi masyarakat dan warga negara Indonesia yang baik. Sesuai
dengan karakter siswa yang masih berada pada masa operasional konkret, mereka
membutuhkan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan disajikan dalam objek nyata
yang sering ditemuinya. Menyajikan pembelajaran IPS yang konkret dan memberikan
pengalaman langsung kepada siswa sehingga menarik perhatian siswa. Minat siswa
juga memudahkan dalam menanamkan konsep IPS dengan baik. Pemahaman merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode
pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan. Sajian pembelajaran yang bervariasi, inovatif, menyenangkang dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, metode yang
tepat diberikan adalah metode Contextual
Teaching and Learning (CTL) yang dapat meningkatkan pemahaman dengan
suasana pembelajaran yang dan bermakna yang
menghubungkan dengan pengalaman secara langsung.
Kata kunci : Pemahaman Konsep IPS, Metode Contextual Teaching and Learning
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang membahas
tentang keilmuan dasar yang berhubungan dengan kepentingan kepentingan sosial,
yang lebih mementingkan pemahaman, hapalan dan bukan berfikir logis. IPS dilatarbelakangi
oleh pertimbangan bahwa siswa di masa mendatang akan menghadapi tantangan berat
seiring berkembangnya kehidupan masyarakat global yang selalu berubah. Oleh
karena itu dibutuhkan pelajaran IPS yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran
IPS yang bermakna bagi siswa adalah pembelajaran yang dapat memberikan
pemahaman dan kesan yang membekas maupun berkesan bagi siswa. Sesuai dengan
karakter siswa yang masih berada pada masa operasional konkret, mereka
membutuhkan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan disajikan dalam objek
konkret dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga menarik
perhatian siswa. Minat siswa juga sangat berpengaruh terhadap penanamkan konsep
IPS yang diajarkan dapat diterima dengan baik.
Pemahaman merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu peningkatan pemahaman konsep perlu
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Dalam pelaksanaannya, IPS merupakan
mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman lebih untuk memahami materi
pembelajaran yang disajikan dalam setiap buku siswa. Penyajian materi yang
monoton berupa teks bacaan saja menyebabkan siswa bosan.
Dengan demikian, konsep IPS yang disajikan tidak
sampai sehingga pemahaman siswa kurang. Metode diskusi yang seharusnya menambah
wawasan siswa belum sepenuhnya memberikan penguasaan materi yang cukup. Hal ini
dikarenakan sumber belajar siswa yang hanya terpaku pada buku saja tanpa ada
sumber lain serta pendampingan yang kurang saat proses diskusi berlangsung. Metode
diskusi yang terlalu sering menyebabkan siswa cepat bosan. Padahal yang dibutuhkan
adalah pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa. Kondisi
tersebut dikarenakan konsep materi IPS yang abstrak serta metode yang diberikan
kurang tepat. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan tindakan berupa pemberian sajian pembelajaran
yang bervariasi, inovatif, serta menyenangkang sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS. Penyajian pembelajaran yang seperti
ini dapat diberikan dengan menerapkan metode yang tepat dan sesuai kondisi
siswa. Salah satu metode yang tepat diberikan adalah metode Contextual Teaching and Learning. Metode
ini tepat karena dapat meningkatkan pemahaman konsep IPS dengan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Berdasarkan uraian di
atas, maka dalam artikel ini membahas peningkatan pemahaman konsep IPS
menggunakan metode contextual teaching and learning di Sekolah Dasar
yang bertuan untuk menjelaskan peningkatan pemahaman konsep IPS pada siswa.
Pemahaman
Uno dan Mohamad (2015), mengatakan bahwa pemahaman
adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Kemampuan di tingkat pemahaman meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggambarkan,
mendiskusikan, menjelaskan, mengungkapkan, mendefinisikan, menunjukkan,
mengalokasikan, melaporkan, mengakui, mangkaji ulang, melilih, menyatakan, dan
menerjemahkan. Menurut B.S Bloom (2015), mengungkapkan bahwa kawasan belajar
meliputi kawasan kognitif, afektif, dan prikomotor. Bloom lebih mengonsentrasikan
pada kawasan kognitif, sedangkan kawasan lain dikembangkan oleh tokoh lain. Ranah
kognitif tingkat pengetahuan atau C1(knowledge), tingkat pemahaman atau C2 (comprehension), tingkat penerapan atau
C3 (application), tingkat analisis atau
C4 (analysis), tingkat sistesis atau
C5 (synthesis), dan tingkat evaluasi atau
C6 (evaluation). Dari pendapat
tersebut, pemahaman merupakan tingkat pengetahuan pada tingkat kedua.
Indikator Pemahaman
Indikator
pemahaman dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa
dikatakan memahami jika siswa sudah sesuai dengan indikator pemahaman itu
sendiri. Anderson dan Krathwohl (2010), mengungkapkan bahwa proses-proses
kognitif dalam kategori pemahaman meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
Susanto (2016), mengungkapkan bahwa pemahaman kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu, bukan sekedar mengetahui, lebih dari sekedar mengetahui
karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis proses bertahap yang
masing-masing mempunyai kemampuan tersendiri.
Konsep IPS
Menurut Sapriya (2009), IPS merupakan mata pelajaran
integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta pelajaran
ilmu sosial lainnya. Barry (2009), mengatakan bahwa IPS merupakan integrasi
pengalaman dan pengetahuan yang menekankan pada hubungan manusia dengan tujuan
warga negara yang baik. Dari integrasi pengetahuan ini, IPS mengemas ilmu-ilmu
sosial yang dibutuhkan anak dalam kehidupan bermasyarakat sehingga berguna
sebagai bekal anak untuk menjadi bagian dari masyarakat. Berbeda dengan
pendapat tersebut, Akbar dan Sriwiyana (2010), mengungkapkan bahwa IPS
merupakan perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep
ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan disederhanakan untuk tujuan pengajaran di
sekolah. Susanto (2014), mengatakan bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar
merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan
interaksinya dalam masyarakat. Dengan demikian, IPS memuat konsep-konsep
berbagai ilmu sosial sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial
siswa.
Tujuan IPS
Sapriya (2009), mengatakan bahwa tujuan mata
pelajaran IPS untuk mengenal konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat dan lingkungan,
memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
memecahkan masalah, dan kemampuan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan
kesadaran akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi di masyarakat.
Ruang Lingkup IPS di SD
Ruang lingkup IPS merupakan cakupan materi yang
termuat dalam IPS itu sendiri. Ruang lingkup IPS di SD berbeda dengan ruang
lingkup IPS di jenjang pendidikan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa. Kebutuhan siswa SD akan konsep-konsep dasar
dalam masyarakat dan karakteristik siswa SD yang masih berada pada operasional
konkret mempengaruhi aspek-aspek ruang lingkup IPS yang memuat materi Geografi,
Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Ruang lingkup IPS di SD, Akbar dan Sriwijaya
(2010), mengungkapkan manusia, tempat, lingkungan, waktu, keberlanjutan,
perubahan, sistem sosial, budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Ruang
lingkup IPS di SD dituangkan dalam Standar Kompetensi yang kemudian dijabarkan
melalui Kompetensi Dasar. Kompetensi-Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan
kemudian dijabarkan kembali oleh guru ke dalam indikator-indikator sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi siswa di
kelas.
Pemahaman Konsep IPS
Suhana (2014), menjelaskan bahwa pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan menangkap
pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan. Siswa dikatakan dapat memahami jika
sudah bisa mengerti inti dari informasi yang diperolehnya menurut pendapat dan
persepsinya sendiri. Singarimbun dan Effendi (2011), mengartikan konsep sebagai
abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi atas
sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.
Konsep-konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari
konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan
kehidupan siswa atau masyarakat setempat. IPS sesuai yang sudah dijelaskan
sebelumnya adalah mata pelajaran yang menyajikan integrasi dari konsep ilmu-ilmu
sosial yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik.
Sapriya (2011), yang mengungkapkan bahwa IPS di SD
adalah mata pelajaran yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan
modifikasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, isu
sosial, dan masalah sosial kehidupan yang difokuskan pada dimensi pedagogik dan
psikologik disesuaikan dengan kemampuan berfikir peserta didik.
Metode Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan dalam
upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Komalasari (2010), mengungkapkan model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan
metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Arends (2009), mengungkapkan model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas.
Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual atau CTL
merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika
pertama-tama diusulkan oleh Dawey pada tahun 1961, Dawey mengusulkan suatu kurikulum
dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa,
sehingga muncullah berbagai teori mengenal model pembelajaran CTL.
Komalasari (2010), mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran
yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa
sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara
dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan . Suprijono
(2009), CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa
diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar. Nurhadi (2011), Pembelajaran kontekstual
terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan
mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan
tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan tenaga
kerja.
Karakteristik
Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual memiliki
beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran
yang lain. Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi
yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Menurut Muslich
(2011), mengungkapkan karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran
dilaksanakan dalam konteks autentik, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna, dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa, dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman, memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan,
bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam, dilaksanakan
secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama, dilaksanakan
dalam situasi yang menyenangkan.
Komponen
Contextual Teaching and Learning
Trianto (2009), mengungkapkan bahwa
pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, bertanya,
inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian autentik.
Muslich (2011), menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai
prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam
pembelajaran, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan,
refleksi, dan penilaian autentik.
Langkah-langkah
Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning
Pelaksanaan pembelajaran dengan
mengunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila
memperhatikan langkah-langkah yang tepat menurut Trianto (2009), secara garis
besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan menciptakan masyarakat
belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan keterampilan baru dan
pengetahuan baru, siswa membaca dan mengidentifikasi LKPD serta media yang
diberikan oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman
siswa, perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi
kesempatan mengomentari, guru memberikan tes formatif secara individual yang
mencakup semua materi yang telah dipelajari.
Indikator ketercapaian dalam penelitian
ini yaitu siswa diharapkan mampu saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar
kelompok, membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan
informasi, bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung
jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, mengerjakan tes formatif secara
individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari
Penutup
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah mutu landasan
atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan
kemampuan siswa secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Selain itu, IPS
merupakan mata pelajaran yang terintegrasi dari mata pelajaran ilmu-ilmu sosial
yang berupa konsep-konsep dasar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan
membentuk warga negara yang baik, bersifat nasionalis dan patriotis. IPS juga
memiliki tujuan mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai sosial yang dapat digunakan sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara agar menjadi warga negara yang baik. IPS dapat
bermakna jika dihubungkan dalam pembelajaran CTL yang merupakan suatu
pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang
saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang
dipelajari
dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan. Metode Contextual Teaching and Learning
memilili tujuh komponen dalam pembelajaran konstruksivisme (constructivism),
bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian autentik (authentic assessment). Dalam pembelajaran akan memperlancar
siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan mengambil manfaatnya bagi
kemajuan belajar dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Pembelajaran IPS yang menyangkut
masalah-masalah sosial sangat baik jika di ajarkan menggunkan metode ataupun
model kontekstual yang langsung menghubungkan pembelajaran dengan
masalah-masalah atau objek sekitar yang sering dijumpai. IPS pada hakikatnya
mempelajari masalah di sekitar yang kurang cocok diterapkan dengan
metode-metode yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. & Sriwijaya, H. (2010). Perkembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Cipta Media.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R.
(2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran Pengajaran, dan Asesmen. Penerjemah: Agung Prihantoro.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, (2009). Learning to Teach. Boston : Mc.Graw-Hill International
Edition.
Komalasari, K.(2010). Pembelajaran
Kontekstual. Bandung : PT. Refika Aditama
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Nurhadi. 2011. Pendekatan dalam Penilaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Singarimbun, M. & Effendi, S.
(2011). Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jakarta: Prenamedia Group.
Trianto. (2009). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H. B. & Mohamad, N. (2015). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif
Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara
0 komentar:
Posting Komentar