Rabu, 11 Desember 2019


Meningkatkan Pemahaman Konsep IPS melalui Metode Contexstual Teaching and Learning (CTL) di Sekolah Dasar

Sri Maha Dewi
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Pendidikan
Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP)
Email: dewimaha91@gmail.com

Abstrak : IPS merupakan mata pelajaran yang penting disampaikan untuk siswa dalam rangka menyiapkan menjadi masyarakat  dan warga negara Indonesia yang baik. Sesuai dengan karakter siswa yang masih berada pada masa operasional konkret, mereka membutuhkan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan disajikan dalam objek nyata yang sering ditemuinya. Menyajikan pembelajaran IPS yang konkret dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga menarik perhatian siswa. Minat siswa juga memudahkan dalam menanamkan konsep IPS dengan baik. Pemahaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Sajian pembelajaran yang bervariasi, inovatif, menyenangkang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, metode yang tepat diberikan adalah metode Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dapat meningkatkan pemahaman dengan suasana pembelajaran yang dan bermakna yang  menghubungkan dengan pengalaman secara langsung.
Kata kunci : Pemahaman Konsep IPS, Metode Contextual Teaching and Learning

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang membahas tentang keilmuan dasar yang berhubungan dengan kepentingan kepentingan sosial, yang lebih mementingkan pemahaman, hapalan dan bukan berfikir logis. IPS dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa siswa di masa mendatang akan menghadapi tantangan berat seiring berkembangnya kehidupan masyarakat global yang selalu berubah. Oleh karena itu dibutuhkan pelajaran IPS yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran IPS yang bermakna bagi siswa adalah pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman dan kesan yang membekas maupun berkesan bagi siswa. Sesuai dengan karakter siswa yang masih berada pada masa operasional konkret, mereka membutuhkan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan disajikan dalam objek konkret dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga menarik perhatian siswa. Minat siswa juga sangat berpengaruh terhadap penanamkan konsep IPS yang diajarkan dapat diterima dengan baik.
Pemahaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu peningkatan pemahaman konsep perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Dalam pelaksanaannya, IPS merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman lebih untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan dalam setiap buku siswa. Penyajian materi yang monoton berupa teks bacaan saja menyebabkan siswa bosan.
Dengan demikian, konsep IPS yang disajikan tidak sampai sehingga pemahaman siswa kurang. Metode diskusi yang seharusnya menambah wawasan siswa belum sepenuhnya memberikan penguasaan materi yang cukup. Hal ini dikarenakan sumber belajar siswa yang hanya terpaku pada buku saja tanpa ada sumber lain serta pendampingan yang kurang saat proses diskusi berlangsung. Metode diskusi yang terlalu sering menyebabkan siswa cepat bosan. Padahal yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa. Kondisi tersebut dikarenakan konsep materi IPS yang abstrak serta metode yang diberikan kurang tepat. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan tindakan berupa pemberian sajian pembelajaran yang bervariasi, inovatif, serta menyenangkang sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS. Penyajian pembelajaran yang seperti ini dapat diberikan dengan menerapkan metode yang tepat dan sesuai kondisi siswa. Salah satu metode yang tepat diberikan adalah metode Contextual Teaching and Learning. Metode ini tepat karena dapat meningkatkan pemahaman konsep IPS dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam artikel ini membahas peningkatan pemahaman konsep IPS menggunakan metode contextual teaching and learning di Sekolah Dasar yang bertuan untuk menjelaskan peningkatan pemahaman konsep IPS pada siswa.
Pemahaman
Uno dan Mohamad (2015), mengatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Kemampuan di tingkat pemahaman meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggambarkan, mendiskusikan, menjelaskan, mengungkapkan, mendefinisikan, menunjukkan, mengalokasikan, melaporkan, mengakui, mangkaji ulang, melilih, menyatakan, dan menerjemahkan. Menurut B.S Bloom (2015), mengungkapkan bahwa kawasan belajar meliputi kawasan kognitif, afektif, dan prikomotor. Bloom lebih mengonsentrasikan pada kawasan kognitif, sedangkan kawasan lain dikembangkan oleh tokoh lain. Ranah kognitif  tingkat pengetahuan atau C1(knowledge), tingkat pemahaman atau C2 (comprehension), tingkat penerapan atau C3 (application), tingkat analisis atau C4 (analysis), tingkat sistesis atau C5 (synthesis), dan tingkat evaluasi atau C6 (evaluation). Dari pendapat tersebut, pemahaman merupakan tingkat pengetahuan pada tingkat kedua.
Indikator Pemahaman
Indikator pemahaman dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa dikatakan memahami jika siswa sudah sesuai dengan indikator pemahaman itu sendiri. Anderson dan Krathwohl (2010), mengungkapkan bahwa proses-proses kognitif dalam kategori pemahaman meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Susanto (2016), mengungkapkan bahwa pemahaman kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu, bukan sekedar mengetahui, lebih dari sekedar mengetahui karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis proses bertahap yang masing-masing mempunyai kemampuan tersendiri.
Konsep IPS
Menurut Sapriya (2009), IPS merupakan mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya. Barry (2009), mengatakan bahwa IPS merupakan integrasi pengalaman dan pengetahuan yang menekankan pada hubungan manusia dengan tujuan warga negara yang baik. Dari integrasi pengetahuan ini, IPS mengemas ilmu-ilmu sosial yang dibutuhkan anak dalam kehidupan bermasyarakat sehingga berguna sebagai bekal anak untuk menjadi bagian dari masyarakat. Berbeda dengan pendapat tersebut, Akbar dan Sriwiyana (2010), mengungkapkan bahwa IPS merupakan perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah. Susanto (2014), mengatakan bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dengan demikian, IPS memuat konsep-konsep berbagai ilmu sosial sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial siswa.
Tujuan IPS
Sapriya (2009), mengatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPS untuk mengenal konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat dan lingkungan, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan kemampuan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi di masyarakat. 
Ruang Lingkup IPS di SD
Ruang lingkup IPS merupakan cakupan materi yang termuat dalam IPS itu sendiri. Ruang lingkup IPS di SD berbeda dengan ruang lingkup IPS di jenjang pendidikan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kebutuhan siswa SD akan konsep-konsep dasar dalam masyarakat dan karakteristik siswa SD yang masih berada pada operasional konkret mempengaruhi aspek-aspek ruang lingkup IPS yang memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Ruang lingkup IPS di SD, Akbar dan Sriwijaya (2010), mengungkapkan manusia, tempat, lingkungan, waktu, keberlanjutan, perubahan, sistem sosial, budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Ruang lingkup IPS di SD dituangkan dalam Standar Kompetensi yang kemudian dijabarkan melalui Kompetensi Dasar. Kompetensi-Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan kemudian dijabarkan kembali oleh guru ke dalam indikator-indikator sesuai dengan kebutuhan dan  kondisi siswa di kelas.
Pemahaman Konsep IPS
Suhana (2014), menjelaskan bahwa pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan. Siswa dikatakan dapat memahami jika sudah bisa mengerti inti dari informasi yang diperolehnya menurut pendapat dan persepsinya sendiri. Singarimbun dan Effendi (2011), mengartikan konsep sebagai abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi atas sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Konsep-konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau masyarakat setempat. IPS sesuai yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah mata pelajaran yang menyajikan integrasi dari konsep ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik.
Sapriya (2011), yang mengungkapkan bahwa IPS di SD adalah mata pelajaran yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, isu sosial, dan masalah sosial kehidupan yang difokuskan pada dimensi pedagogik dan psikologik disesuaikan dengan kemampuan berfikir peserta didik. 
Metode Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Komalasari (2010), mengungkapkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends (2009), mengungkapkan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual atau CTL merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dawey pada tahun 1961, Dawey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori mengenal model pembelajaran CTL. Komalasari (2010), mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan . Suprijono (2009), CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Nurhadi (2011), Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan tenaga kerja.
Karakteristik Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Menurut Muslich (2011), mengungkapkan karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna, dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman, memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam, dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama, dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Komponen Contextual Teaching and Learning
Trianto (2009), mengungkapkan bahwa pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian autentik. Muslich (2011), menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
Langkah-langkah Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat menurut Trianto (2009), secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru, siswa membaca dan mengidentifikasi LKPD serta media yang diberikan oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa, perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi kesempatan mengomentari, guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.
Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan mampu saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan informasi, bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari
Penutup
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah mutu landasan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan kemampuan siswa secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi dari mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang berupa konsep-konsep dasar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk warga negara yang baik, bersifat nasionalis dan patriotis. IPS juga memiliki tujuan mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai sosial yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar menjadi warga negara yang baik. IPS dapat bermakna jika dihubungkan dalam pembelajaran CTL yang merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan. Metode Contextual Teaching and Learning memilili tujuh komponen dalam pembelajaran konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Dalam pembelajaran akan memperlancar siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan mengambil manfaatnya bagi kemajuan belajar dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Pembelajaran IPS yang menyangkut masalah-masalah sosial sangat baik jika di ajarkan menggunkan metode ataupun model kontekstual yang langsung menghubungkan pembelajaran dengan masalah-masalah atau objek sekitar yang sering dijumpai. IPS pada hakikatnya mempelajari masalah di sekitar yang kurang cocok diterapkan dengan metode-metode yang lain.

DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. & Sriwijaya, H. (2010). Perkembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Cipta Media.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran Pengajaran, dan Asesmen. Penerjemah: Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, (2009). Learning to Teach. Boston : Mc.Graw-Hill International
Edition.
Komalasari, K.(2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Refika Aditama
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nurhadi. 2011. Pendekatan dalam Penilaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (2011). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenamedia Group.
Trianto. (2009). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H. B. & Mohamad, N. (2015). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar