MAKALAH
Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Mengimani
Sifat-Sifat Allah Untuk Membentuk Karakter Siswa Usia Sekolah Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat_Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Mengimani
Sifat-Sifat Allah Untuk Membentuk Karakter Siswa Usia Sekolah Dasar. Makalah ini dibuat guna menyelesaikan tugas akhir mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik dan baik lagi.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Blitar,
27 November 2018
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………..ii
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………2
1.4 Manfaat …………………………………………………………….…2
BAB
II PEMBAHASAN……………………………………………..…….…3
2.1 Pengertian Iman dan Sifat…………………………………………......3
2.2 Sifat-Sifat
Allah Menurut Pengelompokkannya……………………....4
2.3 Cara
Membentuk Karakter Siswa Dengan Metode Mengimani Sifat Sifat Allah……………………………………………………………….....12
BAB
III PENUTUP…………………………………………………………..14
3.1 Kesimpulan………………………………………………………...…14
3.2 Saran………………………………………………………………….14
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………...15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah telah menetapkan bagi
diri-Nya sifat-sifat yang menunjukkan dan sekaligus memberitahukan,
menggambarkan dan membuktikan kesempurnaan-Nya Allah. Allah SWT melakukan
pilihan-pilihan sesuai kehendak-Nya untuk memberikan pahala atau memberikan
siksa, mencipta atau tidak mencipta, memberi petunjuk atau tidak memberikannya
dan sebagainya. Allah melakukan perbuatan-perbuatanyang layak bagi-Nya dan
sesuai dengan kehendak dan kekuasaan-Nya. Begitulah Tuhan memberitahukan
tentang diri-Nya kepada makhluk-Nya. Apapun yang terdapat pada diri Allah dan
keluar dari-Nya adalah kehendak, kekuasaan, kesempurnaan dan milik Allah yang
Maha suci. Itulah sifat Allah yang Maha sempurna dan meliputi segala sesuatu.
Namun demikian, perlu ditegaskan
bahwa Allah sama sekali berbeda dari dan tidak dapat disamakan dengan
makhluk-Nya. Dia Allah Maha suci dan bersih dari segala penyerupaan dan
pembentukan. Sifat Allah bukanlah Dzat-Nya tetapi ia (sifat) tidak dapat
dipisahkan dari-Nya.jika dikatakan bahwa Allah Maha melihat, berarti Allah
melihat dengan penglihatan-Nya, bukan dengan Dzat-Nya.
Melalui pemahaman sifat-sifat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya dapat membantu meningkatkan keimanan kita kepada
Allah. Sesungguhnya keimanan manusia itu yazid wa yankus (naik turun). Oleh
karena itu agar keimanan manusia bisa yazid dan tidak yankus maka manusia harus
memahami sifat-sifat Allah, keajaiban-keajaiban alam dan seluruh isi alam jagad
raya ini milik Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana pengertian dari Iman dan Sifat
Allah?
1.2.2
Bagaimana sifat-sifat Allah menurut
pengelompokkannya?
1.2.3
Bagaimana cara membentuk karakter siswa
dengan metode mengimani sifat sifat Allah?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dari Iman
dan Sifat Allah
1.3.2
Untuk mengetahui sifat-sifat dan
pengelompokkannya
1.3.3
Untuk mengertahui cara membentuk
karakter siswa melalui metode mengimani sifat-sifat Allah
1.4 Manfaat
1.4.1
Agar lebih memahami dari Iman dan Sifat
Allah
1.4.2
Agar lebih memahami sifat-sifat Allah
berdasarkan pengelompokkannya
1.3.4
Agar lebih memahami cara membentuk
karakter siswa dengan metode mengimani sifat-sifat Allah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Iman dan Sifat
Iman dari segi bahasa berarti percaya.
Berasal dari bahasa arab
يُؤْمِنُ -
ِايْمَانًا اَمَنَ
–
Menurut
istilah:
الْإِيْمِانُ هُوَ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَإِقْرَارٌ
بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ
Artinya: “ iman adalah membenarkan dengan hati,
mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan anggota badan (beramal).”
Iman itu terdiri atas
tiga tingkatan:
a.
Tingkatan mengenal. Pada tingkatan
pertama ini seseorang baru mengenal sesuatu yang diimani.
b.
Tingkatan kesadaran. Pada tingkat kedua
ini iman seseorang sudah lebih tinggi, karena sesuatu yang diimani didasari
oleh alasan-alasan tertentu.
c.
Tingkatan haqqul yaqin. Tingkat ini
adalah tingkatan iman yang tertinggi. Seseorang mengimani sesuatu tidak hanya
mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi dibarengi dengan ketaatan dan
berserah diri kepada Allah.
Adapun “Sifat” (sifah) adalah nama yang
menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat , dan sifat tersebut merupakan
sesuatu yang terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut, seperti ilmu
kekuasaan dan sebagainya.” Ibnu Faris mengatakan: sifat adalah al-amarah (tanda-tanda) yang
lazim untuk sesuatu. Ia juga mengatakan: “sifat (na’t) adalah penyebutan
(penjelasan) mengenai sesuatu dengan kebaikan yang ada di dalamnya.”
Sifat-sifat Allah adlah
sifat sempurna yang tidak terhingga bagi Allah. Kita sebagai musli hukumnya
wajib untuk mempercayai bahwa terdapat sifat kesempurnaan yang tidak terhingga
bagi Allah. Oleh karena itu marilah kita mengetahui 20 sifat wajib bagi Allah,
juga 20 sifat mustahil bagi Allah, dan 20 sifat jaiz-Nya.
Sifat-sifat Allah
seluruhnya sifat sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam
segala aspeknya.. seperti sifat Al Hayah (hidup). Al Ilmu (berilmu), Al Qudrah
(berkuasa), As Sam’u (mendengar), Al Bashar (melihat), dan lain-lainnya.
2.2 Sifat-Sifat Allah Menurut
Pengelompokkannya
Adapun
sifat-sifat Allah swt dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
2.2.1
Sifat
Nafsiyah
Sifat
Nafsiyyah adalah sifat yang menetetapkan adanya Allah dan menunjukkan kepada
ZatNya Allah tanpa ada sesuatu tambahan pada Zat. Maksud sifat yang tetap
adalah adanya sifat tersebut pada Zat Allah yang menunjukkan Allah itu ada,
bukan seperti sifat salbiyah, sebab sifat salbiyyah tidak tetap pada Zat,
tetapi hanya menolak sifat-sifat yang tidak patut dan layak kepada ZatNya Allah
swt. Dan maksud tanpa ada sesuatu tambahan pada Zat adalah
sifat Nafsiyyah ini bukanlah tambahan pada Zat, Sifat Nafsiyyah tidak seperti
sifat Ma`ani yang mana sifat Ma`ani tambahan dari Zat-Nya.
Adapun sifat Nafsiyyah adalah
sifat WujudNya Allah s.w.t, dengan maksud bahwa wujudnya Allah itu adalah tetap
pada ZatNya Allah dan bukan tambahan dari Zat Allah.
Maka wajib Allah bersifat Wujud,
mustahil bersifat Allah tidak ada.
Allah
berfirman :
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَمَاوَاتِ
وَٱلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِي
ٱلْلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ
مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلأَمْرُ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ
ٱلْعَالَمِينَ
Artinya : ”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia beristawa di atas Arasy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.( Q.S. Al-A’râf: 54).
2.2.2
Sifat Salbiyah
Sifat Salabiyyah adalah sifat yang
menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah s.w.t, sebab
Allah Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Sifat Salbiyyah ada lima
sifat, yaitu :
a.
Qidam(Terdahulu)
Sifat Qidam Allah berarti
terdahulu. Dialah Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta berserta isinya.
Sebagai pencipta tentunya Allah telah ada lebih dahulu dari apapun yang
diciptakannya. Tidak ada pendahulu atau permulaan bagi Allah atau menolak adanya permulaan bagi Allah swt,
dengan kata lain adanya Allah swt tidak didahului oleh tidak ada, mustahil bagi
Allah bermula dengan tidak ada. Allah Berfirman:
هُوَ ٱلأَوَّلُ
وَٱلآخِرُ وَٱلظَّاهِرُ وَٱلْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al Hadiid:3)
b.
Baqa`(Kekal)
Sifat Baqa` berarti kekal.
Maksudnya Allah itu Maha Kekal. Tidak akan punah, binasa ataupun mati. Tiada
akhir bagi Allah swt. Dia akan tetap ada selamanya Sifat Baqa’ menolak adanya kesudahan dan kebinasaan Wujud
Allah swt. mustahil bagi Allah bersifat Fana` atau binasa. Allah berfirman :
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ
لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya : ”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.” (Q.S. al-Qashash: 88).
كُلُّ مَنْ
عَلَيْهَا فَانٍ – وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Artinya:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S.
Ar-Rahman: 26-27)
c. Mukhalafatu Lil Hawadith (Berbeda Dengan Makhluk Ciptaan-Nya)
Allah
swt sudah pasti berbeda dari makhluk ciptaanNya. Dialah dzat yang Maha Sempurna
dan Maha Besar. Tidak ada sesuatu pun yang menandingi atau menyerupai
keagunganNya. Mukhalafatu Lil
Hawadith adalah sifat yang menolak adanya persamaan Zat, Sifat dan Perbuatan
Allah dengan Zat, sifat dan perbuatan baharu, dengan makna lain Allah tidak
seperti makhluknya. Allah berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ
Artinya:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S.
As-Syura:11)
d. Qiyamuhu Bi Nafsih (Berdiri Sendiri)
Allah itu berdiri sendiri. Allah swt. tidak bergantung
pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan siapapun. Qiyamuhu Bi Nafsih ini menolak adanya Allah
berdiri dengan yang lainnya, dengan makna lain, Allah tidak memerlukan bantuan
dan pertolongan dari yang lainnya, bahkan Allah berdiri sendiri, tidak
memerlukan pencipta sebab Dia Maha Pencipta, tidak memerlukan pembantu sebab
Dia Maha Kuasa, tidak memerlukan tempat sebab Dia yang menjadikanya,
tidak memerlukan waktu dan masa sebab di kekuasaan-Nyalah waktu dan masa. Allah
berfirman:
إِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q. S al-Ankabut : 6).
e.
Wahdaniyyah(Esa/Tunggal)
Allah itu maha Esa atau Tunggal. Maksudnya
Tidak ada sekutu bagiNya. Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta.
Bukti keesakan Allah terletak dalam kalimat syahadat “Laa ilaha Illallah” yang artinya “Tiada
Tuhan selain Allah”. Allah Maha Esa, Esa pada Zat, Esa pada
sifat dan Esa pada perbuatan, sifat ini menolak adanya Kam yang lima :
· Zat Allah
tidak tersusun dari beberapa unsur ataupun anggota badan.
· Tidak ada
satupun Zat yang sama seperti Zat-Nya Allah.
· Sifat
Allah tidak terdiri dari dua sifat yang sama, seperti adanya dua Qudrah.
· Tidak ada
satupun sifat di dunia ini yang sama seperti sifat Allah.
· Tidak ada
satupun di dunia ini yang sama seperti perbuatan Allah.
Dengan
kata lain Allah tidak memiliki Zat Esa, tidak ada seorang makhluk pun yang sama
Zatnya dengan Allah, Allah memiliki Sifat yang Esa, tidak ada seorang pun yang
bersifat dengan sifat Allah, Allah memiliki perbuatan yang Esa, tidak ada di
dunia ini yang sama perbuatannya dengan Allah. Allah berfirman :
لَوْ
كَانَ فِيهِمَا ءَالِهَةٌ إِلاَّ اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ
عَمَّا يَصِفُونَ
Artinya : “Sekiranya ada di langit dan di
bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka
Maha Suci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Q.S
al-Anbiya’: 22).
2.2.3
Sifat Ma’ani
Sifat Ma`ani
adalah sifat yang keberadaannya berdiri pada Zat Allah s.w.t yang wajib baginya
hukum. Sifat ini terdiri dari tujuh sifat, yaitu:
a. Qudrah
(Berkuasa)
Qudrat
berarti Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa menandingi
kekuasaan Allah swt. Qudrah adalah sifat yang azali yang berada pasti
pada Zat-Nya Allah s.w.t yang Kuasa menjadikan dan menghancurkan setiap yang mungkin
sesuai dengan Iradah-Nya. Allah berfirman :
وَمَا
كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ
إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً
Artinya: “Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit
maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (Q.S. Al-Fatir:44)
…إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “…Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas
segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah: 20)
b. Iradah (Berkehendak)
Iradat
adalah sifat Allah swt. yang berarti berkehendak. Maksudnya Allah itu maka
menentukan segala sesuatu. Apabila Allah berkehendak maka jadilah hal itu dan
tidak seorang pun mampu mencegahNya. Iradah adalah sifat azali yang
berada pada Zat-Nya Allah s.w.t menentukan sesuatu yang mungkin dengan
sebahagian yang boleh terhadapnya, seperti Allah menentukan bahwa Zaid
pintar dan Ziyad bodoh. Allah berfirman:
إِنَّمَا
قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَآ أَرَدْنَاهُ أَن نَّقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya: “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila kami
menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Kun(jadilah)” maka jadilah
ia.” (Q.S. An-Nahl:40)
c. ‘Ilmun (Mengetahui)
‘ilmun
artinya mengetahui, adalah sifat Qadim yang berada pada Zat-Nya Allah
s.w.t Mengetahui seluruh sesuatu yang bersangkut paut dengan sekalian
yang wajib, mustahil, dan yang boleh tanpa didahului oleh sesuatu yang menutupi
pengetahun-Nya. Allah berfirman:
وَعِندَهُ
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ
الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya.”
(Q.S. Qaf: 16)
d. Hayat (Hidup)
Allah swt. Maha
Hidup. Tidak akan pernah mati, binasa
ataupun musnah. Dia kekal selama-lamanya. Hayat adalah sifat yang Qadim berdiri
pada Zat Allah s.w.t yang Maha Hidup, dengan adanya sifat Hayat menetapkan dan
mengkuatkan adanya sifat Qudrat, Iradat, Ilmu, Sama`, Bashar dan Kalam, hidupnya
Allah yang kekal dan abadi. Allah berfirman :
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
Artinya: “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal)
Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya.” (Q.S. Al-Furqon: 58)
e. Sama’ (Mendengar)
Allah
Maha Mendengar. Baik yang diucapkan ataupun yang disembunyikan dalam hati,
Allah mengetahui. Sama`
adalah sifat yang qadim berdiri pada Zat-Nya Allah swt. yang Maha Mendengar
dari seluruh yang ada baik suara ataupun selainnya. Allah berfirman :
قَالَ
لاَ تَخَافَآ إِنَّنِي مَعَكُمَآ أَسْمَعُ وَأَرَى
Artinya: “janganlah kamu berdua
khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku Maha Mendengar dan Maha
Melihat”. (Q.S. Thaha:46)
f. Bashor (Melihat)
Bashor ( Maha Melihat ) adalah sifat yang qadim yang berdiri
pada zat Allah s.w.t Maha Melihat segala sesuatu yang ada, baik yang jelas,
yang tersembunyi, maupun yang samar-samar.
Allah berfirman :
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. as-Syura: 11).
g. Kalam (Berfirman)
Kalam (
Maha Berbicara ) adalah sifat yang qadim yang berdiri pada Zat-Nya Allah yang
Maha berbicara tanpa menggunakan huruf dan suara, tanpa i`rab dan dan bina` dan
Maha suci dari sifat-sifat kalam yang baharu. Allah berfirman :
وَكَلَّمَ
اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيماً
Artinya : ”…Dan Allah telah
berbicara kepada Musa dengan langsung”. (An-Nisâ: 164).
2.2.4
Sifat Ma’nawiyah
Sifat Ma`nawiyah adalah sifat-sifat
yang melazimi dari sifat Ma`ani, dengan kata lain sifat Ma`nawiyah adalah sifat
yang wujud disebabkan adanya sifat Ma`ani, seperti Allah memiliki sifat kuasa,
maka lazimlah Allah itu keadaannya Kuasa. Sifat Ma`nawiyah terdiri dari tujuh
sifat :
a. Kaunuhu Qaadiran (Berkuasa)
Qadiran berarti berkuasa. Allah itu Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya:
يَكَادُ ٱلْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَٰرَهُمْ ۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم
مَّشَوْا۟ فِيهِ وَإِذَآ أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا۟ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ
لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِي رٌ
Artinya: “Hampir
kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari
mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka,
mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran
dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Q.S.
Al-Baqarah: 20)
b. Kaunuhu Muridan (Berkehendak)
Allah
Maha Berkendak atas segala sesuatu. Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara
maka tidak ada yang bisa menolak kehendakNya. Dalam Al-Quran dijelaskan yang
artinya:
خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
Artinya: “Mereka kekal di dalamnya selama
ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS.Hud: 107)
c. Kaunuhu `Aliman (Mengetahui)
Allah
Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang ditampakkan ataupun disembunyikan.
Tidak ada yang bisa menandangi pengetahuan Allah yang Maha Esa.
d. Kaunuhu Hayyan (Hidup)
Hayyan
berarti hidup. Allah Maha hidup. Tidak mungkin bagi Allah Ta’ala untuk binasa.
Dia selalu mengawasi hamba-hambaNya, tidak pernah lengah ataupun tidur.
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
Artinya:
“Dan
bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah
dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqon: 58)
e. kaunuhu Sami`an (Mendengar)
Sami’an juga berarti mendengar. Allah itu Maha pendengar. Tidak
ada yang terlewatkan bagi Allah dan tidak ada pula yang melampui
pendengaranNya.
f. Kaunuhu Bashiran (Melihat)
Bashiran
juga beratii melihat. Penglihatan Allah meliputi segala hal, baik yang terlihat
ataupun yang disembunyikan.
g. Kaunuhu Mutakalliman (Berfirman atau Berkata-kata)
Sama halnya dengan
kalam, mutakalliman juga berarti Allah itu berfirman. Firman Allah terwujud
dalam kitab-kitab suci yang diturunkanNya lewat para nabi. Firman Allah begitu
sempurna dan tidak ada yang menandingi.
2.3
Cara
Membentuk Karakter Siswa Dengan Metode Mengimani Sifat Sifat Allah
Membentuk karakter
siswa dengan metode mengimani sifat-sifat Allah dengan cara:
a. Menanamkan kepada
siswa untuk mengimani sifat Allah sedari kecil.
b. Menanamkan kepada
siswa bahwa meyakini dan memahami dapat membuat hidup lebih tentram
c. Menanamkan
pemahaman kepada siswa bahwa Allah dapat melihat dan mendengar semua perbuatan
atau tingkah laku, maupun perkataan seluruh umat manusia sehingga siswa dapat
menyimpulkan bahwa apapun yang kita lakukan akan mendapat balasan didunia
ataupun diakhirat nanti.
d. Menanamkan kepada
siswa bahwa Allah itu Esa atau Tunggal, Dia tidak beranak dan tidak
diberanakkan. Jadi, saat ini sering ada pengakuat bahwa ada sekelompok orang
yang mengaku sebagai Tuhan itu tidak benar.
e. Menanamkan kepada
siswa bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Jadi saat kita mendapat musibah itu berserah diri
kepada Allah ataupun meminta bantuan hanya kepada Allah karena yang berkuasa di
Alam semesta ini adalah Allah, maka jika meminta bantuan kepada selain Allah
itu tidak benar dan perbuatan itu disebut
musyrik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Iman adalah membenarkan
dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan anggota badan
(beramal). Sifat (sifah) adalah
nama yang menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat , dan sifat tersebut
merupakan sesuatu yang terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut,
seperti ilmu kekuasaan dan sebagainya. Jadi mengimanis sifat-sifat Allah adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan
anggota badan untuk menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat.
Sifat-sifat Allah terbagi menjadi empat
yaitu Sifat
Nafsiyah, Sifat
Salbiyah, Sifat Ma’ani, dan sifat Ma’nawiyah. Jumlah keseluruhan sifat-sifat
Allah ada 20. Sebagai muslim kita wajib mengimani atau mempercayai sifat-sifat
tersebut. Ada berbagai cara untuk
membentuk karakter siswa dengan cara mengimani sifat-sifat Allah swt salah
satunya adalah dengan cara menanamkan pemahaman
kepada siswa bahwa Allah dapat melihat dan mendengar semua perbuatan atau
tingkah laku, maupun perkataan seluruh umat manusia sehingga siswa dapat
menyimpulkan bahwa apapun yang kita lakukan akan mendapat balasan didunia
ataupun diakhirat nanti.
3.2 Saran
Dengan
makalah ini diharapkan pembaca maupun anak-anak Islam atau umat Islam khususnya
kita generasi penerus bangsa agar dapat mengetahui tentang akhlak seluk beluk
malaikat Allah baik mengenai pengertian, pengelopokkan sifat-sifat, serta lebih
meningkatkan kadar deimanan kita kepada Sang Pencipta seluruh alam. Marilah
kita bersama-sama menjaga keimanan kita untuk kelanjutan hidup agar dapat
selamat dunia dan diakhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Al- jibrin,
Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, 2006, Cara Mudah Memahami Aqidah, Jakarta:
Pustaka At-Tazkia.
As-Segaf, Alawi
bin Abdul Qadir, 2001, Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat Allah dalam
Alquran dan As-sunnah, Jakarta:Pustaka Azzam.
Drs. H. Masan
AF, 2009, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11, Semarang: Karya Toha
Putra.