Rabu, 11 Desember 2019


Meningkatkan Pemahaman Konsep IPS melalui Metode Contexstual Teaching and Learning (CTL) di Sekolah Dasar

Sri Maha Dewi
Universitas Negeri Malang
Fakultas Ilmu Pendidikan
Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP)
Email: dewimaha91@gmail.com

Abstrak : IPS merupakan mata pelajaran yang penting disampaikan untuk siswa dalam rangka menyiapkan menjadi masyarakat  dan warga negara Indonesia yang baik. Sesuai dengan karakter siswa yang masih berada pada masa operasional konkret, mereka membutuhkan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan disajikan dalam objek nyata yang sering ditemuinya. Menyajikan pembelajaran IPS yang konkret dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga menarik perhatian siswa. Minat siswa juga memudahkan dalam menanamkan konsep IPS dengan baik. Pemahaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Sajian pembelajaran yang bervariasi, inovatif, menyenangkang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, metode yang tepat diberikan adalah metode Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dapat meningkatkan pemahaman dengan suasana pembelajaran yang dan bermakna yang  menghubungkan dengan pengalaman secara langsung.
Kata kunci : Pemahaman Konsep IPS, Metode Contextual Teaching and Learning

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang membahas tentang keilmuan dasar yang berhubungan dengan kepentingan kepentingan sosial, yang lebih mementingkan pemahaman, hapalan dan bukan berfikir logis. IPS dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa siswa di masa mendatang akan menghadapi tantangan berat seiring berkembangnya kehidupan masyarakat global yang selalu berubah. Oleh karena itu dibutuhkan pelajaran IPS yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran IPS yang bermakna bagi siswa adalah pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman dan kesan yang membekas maupun berkesan bagi siswa. Sesuai dengan karakter siswa yang masih berada pada masa operasional konkret, mereka membutuhkan pembelajaran IPS yang menyenangkan dan disajikan dalam objek konkret dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga menarik perhatian siswa. Minat siswa juga sangat berpengaruh terhadap penanamkan konsep IPS yang diajarkan dapat diterima dengan baik.
Pemahaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu peningkatan pemahaman konsep perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Dalam pelaksanaannya, IPS merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman lebih untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan dalam setiap buku siswa. Penyajian materi yang monoton berupa teks bacaan saja menyebabkan siswa bosan.
Dengan demikian, konsep IPS yang disajikan tidak sampai sehingga pemahaman siswa kurang. Metode diskusi yang seharusnya menambah wawasan siswa belum sepenuhnya memberikan penguasaan materi yang cukup. Hal ini dikarenakan sumber belajar siswa yang hanya terpaku pada buku saja tanpa ada sumber lain serta pendampingan yang kurang saat proses diskusi berlangsung. Metode diskusi yang terlalu sering menyebabkan siswa cepat bosan. Padahal yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna bagi siswa. Kondisi tersebut dikarenakan konsep materi IPS yang abstrak serta metode yang diberikan kurang tepat. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan tindakan berupa pemberian sajian pembelajaran yang bervariasi, inovatif, serta menyenangkang sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS. Penyajian pembelajaran yang seperti ini dapat diberikan dengan menerapkan metode yang tepat dan sesuai kondisi siswa. Salah satu metode yang tepat diberikan adalah metode Contextual Teaching and Learning. Metode ini tepat karena dapat meningkatkan pemahaman konsep IPS dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam artikel ini membahas peningkatan pemahaman konsep IPS menggunakan metode contextual teaching and learning di Sekolah Dasar yang bertuan untuk menjelaskan peningkatan pemahaman konsep IPS pada siswa.
Pemahaman
Uno dan Mohamad (2015), mengatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Kemampuan di tingkat pemahaman meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggambarkan, mendiskusikan, menjelaskan, mengungkapkan, mendefinisikan, menunjukkan, mengalokasikan, melaporkan, mengakui, mangkaji ulang, melilih, menyatakan, dan menerjemahkan. Menurut B.S Bloom (2015), mengungkapkan bahwa kawasan belajar meliputi kawasan kognitif, afektif, dan prikomotor. Bloom lebih mengonsentrasikan pada kawasan kognitif, sedangkan kawasan lain dikembangkan oleh tokoh lain. Ranah kognitif  tingkat pengetahuan atau C1(knowledge), tingkat pemahaman atau C2 (comprehension), tingkat penerapan atau C3 (application), tingkat analisis atau C4 (analysis), tingkat sistesis atau C5 (synthesis), dan tingkat evaluasi atau C6 (evaluation). Dari pendapat tersebut, pemahaman merupakan tingkat pengetahuan pada tingkat kedua.
Indikator Pemahaman
Indikator pemahaman dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa dikatakan memahami jika siswa sudah sesuai dengan indikator pemahaman itu sendiri. Anderson dan Krathwohl (2010), mengungkapkan bahwa proses-proses kognitif dalam kategori pemahaman meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Susanto (2016), mengungkapkan bahwa pemahaman kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu, bukan sekedar mengetahui, lebih dari sekedar mengetahui karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis proses bertahap yang masing-masing mempunyai kemampuan tersendiri.
Konsep IPS
Menurut Sapriya (2009), IPS merupakan mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya. Barry (2009), mengatakan bahwa IPS merupakan integrasi pengalaman dan pengetahuan yang menekankan pada hubungan manusia dengan tujuan warga negara yang baik. Dari integrasi pengetahuan ini, IPS mengemas ilmu-ilmu sosial yang dibutuhkan anak dalam kehidupan bermasyarakat sehingga berguna sebagai bekal anak untuk menjadi bagian dari masyarakat. Berbeda dengan pendapat tersebut, Akbar dan Sriwiyana (2010), mengungkapkan bahwa IPS merupakan perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah. Susanto (2014), mengatakan bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Dengan demikian, IPS memuat konsep-konsep berbagai ilmu sosial sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial siswa.
Tujuan IPS
Sapriya (2009), mengatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPS untuk mengenal konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat dan lingkungan, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan kemampuan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi di masyarakat. 
Ruang Lingkup IPS di SD
Ruang lingkup IPS merupakan cakupan materi yang termuat dalam IPS itu sendiri. Ruang lingkup IPS di SD berbeda dengan ruang lingkup IPS di jenjang pendidikan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kebutuhan siswa SD akan konsep-konsep dasar dalam masyarakat dan karakteristik siswa SD yang masih berada pada operasional konkret mempengaruhi aspek-aspek ruang lingkup IPS yang memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Ruang lingkup IPS di SD, Akbar dan Sriwijaya (2010), mengungkapkan manusia, tempat, lingkungan, waktu, keberlanjutan, perubahan, sistem sosial, budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Ruang lingkup IPS di SD dituangkan dalam Standar Kompetensi yang kemudian dijabarkan melalui Kompetensi Dasar. Kompetensi-Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan kemudian dijabarkan kembali oleh guru ke dalam indikator-indikator sesuai dengan kebutuhan dan  kondisi siswa di kelas.
Pemahaman Konsep IPS
Suhana (2014), menjelaskan bahwa pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan. Siswa dikatakan dapat memahami jika sudah bisa mengerti inti dari informasi yang diperolehnya menurut pendapat dan persepsinya sendiri. Singarimbun dan Effendi (2011), mengartikan konsep sebagai abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi atas sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Konsep-konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau masyarakat setempat. IPS sesuai yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah mata pelajaran yang menyajikan integrasi dari konsep ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik.
Sapriya (2011), yang mengungkapkan bahwa IPS di SD adalah mata pelajaran yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, isu sosial, dan masalah sosial kehidupan yang difokuskan pada dimensi pedagogik dan psikologik disesuaikan dengan kemampuan berfikir peserta didik. 
Metode Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Komalasari (2010), mengungkapkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends (2009), mengungkapkan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual atau CTL merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dawey pada tahun 1961, Dawey mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori mengenal model pembelajaran CTL. Komalasari (2010), mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan . Suprijono (2009), CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Nurhadi (2011), Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan tenaga kerja.
Karakteristik Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Menurut Muslich (2011), mengungkapkan karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna, dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman, memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam, dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama, dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Komponen Contextual Teaching and Learning
Trianto (2009), mengungkapkan bahwa pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian autentik. Muslich (2011), menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
Langkah-langkah Pembelajaran Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkah-langkah yang tepat menurut Trianto (2009), secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru, siswa membaca dan mengidentifikasi LKPD serta media yang diberikan oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa, perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi kesempatan mengomentari, guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.
Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan mampu saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan informasi, bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari
Penutup
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah mutu landasan atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan kemampuan siswa secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi dari mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang berupa konsep-konsep dasar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk warga negara yang baik, bersifat nasionalis dan patriotis. IPS juga memiliki tujuan mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai sosial yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar menjadi warga negara yang baik. IPS dapat bermakna jika dihubungkan dalam pembelajaran CTL yang merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan. Metode Contextual Teaching and Learning memilili tujuh komponen dalam pembelajaran konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Dalam pembelajaran akan memperlancar siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan mengambil manfaatnya bagi kemajuan belajar dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Pembelajaran IPS yang menyangkut masalah-masalah sosial sangat baik jika di ajarkan menggunkan metode ataupun model kontekstual yang langsung menghubungkan pembelajaran dengan masalah-masalah atau objek sekitar yang sering dijumpai. IPS pada hakikatnya mempelajari masalah di sekitar yang kurang cocok diterapkan dengan metode-metode yang lain.

DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. & Sriwijaya, H. (2010). Perkembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Cipta Media.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran Pengajaran, dan Asesmen. Penerjemah: Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, (2009). Learning to Teach. Boston : Mc.Graw-Hill International
Edition.
Komalasari, K.(2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Refika Aditama
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nurhadi. 2011. Pendekatan dalam Penilaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (2011). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenamedia Group.
Trianto. (2009). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H. B. & Mohamad, N. (2015). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara

Makalah Interaksi Sekolah dan Masyarakat Mata Kuliah Sosio Antropologi

INTERAKSI SEKOLAH DAN MASYARAKAT
MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Mata Kuliah Sosio dan Antropologi Pendidikan

Yang dibina oleh Bapak Drs. Hadi Mustofa, M. Pd,

Disusun oleh:
Offering H8
Kelompok 5

Dwi Retfiani M.          (180151602619)
Sri Maha Dewi            (180151602065)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Maret 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Interaksi Sekolah dan Masyarakat”  penyusun yakin tanpa ridha dan izin-Nya tidak mungkin makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu matakuliah Perkembangan peserta didik. Penyusun menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1.      Bapak Drs. Hadi Mustofa, M.Pd., selaku dosen matakuliah yang telah membantu penulis selama menyusun makalah ini.
2.      Rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
3.      Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.                                                         

                                                                                                Blitar, 3 Maret 2019
                                                                       


                                                                                                       Penyusun




KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii

BAB I. 1
PENDAHULUAN.. i
1.1      Latar Belakang. i
1.2      Rumusan Masalah. i
1.3      Tujuan. 2

BAB II. 3
PEMBAHASAN.. 3
2.1      Pengertian Interaksi 3
2.2      Pengertian Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 6
2.3      Ruang Lingkup Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 8
2.4      Pengaruh Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 16
2.5      Hubungan Kepala Sekolah dengan Siswa. 21
2.6      Interaksi Kepala Sekolah dengan Komite Sekolah. 21
2.7      Hubungan Kepala Sekolah dengan Masyarakat 23
2.8      Tugas Pokok Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 26
2.9      Asas Kerja Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 27
2.10    Teknik-Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat 28

BAB III PENUTUP.. 32
3.1      Kesimpulan. 32
3.2      Saran. 33

DAFTAR RUJUKAN.. 35





PENDAHULUAN


Sekolah berada ditengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat berlangsung dengan baik. Mata kedua adalah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu fungsi yang controversial ini, diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyrakat.
Nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan tetap dijaga kelestariannya, sedang yang tidak sesuai harus diubah. Pelaksanaan fungsi sekolah ini, terlebih sekolah menengah yang berada di tengah-tengah masyrakat terpencil, menjadi tumpuan harapan masyrakat untuk kemajuan mereka. Untuk dapat menjalankan fungsi ini hubungan sekolah masyarakat harus selalu baik. Dengan demikian, terdapat kerjasama serta situasi saling membantu antara sekolah dan masyrakat. Disamping itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Realisasi tanggung jawab itu tidak dapat dilaksanakan apabila hubungan sekolah dan masyrakat tidak terjalin sebaik-baiknya.

1.      Apa pengertian interaksi?
2.      Bagaimana definisi hubungan masyarakat dengan sekolah?
3.      Bagaimana ruang lingkup hubungan sekolah dengan masyarakat ?
4.      Bagaimana pengaruh hubungan sekolah dengan masyarakat ?
5.      Bagaimana hubungan kepala sekolah dengan siswa?
6.      Bagaimana hubungan kepala sekolah dengan komite sekolah?
7.      Bagaimana hubungan kepala sekolah dengan masyarakat?

8.      Bagaimana tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat?
9.      Bagaimana asas kerja hubungan sekolah dengan masyarakat ?
10.  Bagaimana teknik teknik hubungan sekolah dengan masyarakat
                                                                                                  
1.    Untuk menjelaskan pengertian interaksi.
2.    Untuk menjelaskan hubungan masyarakat dengan sekolah.
3.    Untuk menjelaskan bagaimana ruang lingkup hubungan sekolah dengan masyarakat.
4.    Untuk menjelaskan pengaruh hubungan sekolah dengan masyarakat.
5.    Untuk menjelaskan hubungan kepala sekolah dengan siswa.
6.    Untuk menjelaskan hubungan kepala sekolah dengan komite sekolah.
7.    Untuk mejelaskan hubungan kepala sekolah dengan masyarakat.
8.    Untuk menjelaskan tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat.
9.    Untuk menjelaskan asas kerja hubungan sekolah dengan masyarakat.
10.     Untuk menjelaskan teknik-teknik hubungan sekolah dengan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN


2.1    Pengertian Interaksi

Interasi atau biasa disebut interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi anatara individu dan individu, antar individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok. Pengertian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gillin. Gilin berpendapat bahwa, interaksi sosial adalah hubungan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut antar individu dan kelompok, atau antar kelompok. Di dalam hubungan tersebut, individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan interaksi, baik formal ataupun tidak formal, langsung maupun tidak langsung.

2.2.1   Pengertian Interaksi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mengenai pengertian interaksi sosial. Beberapa ahli tersebut sebagai berikut:
1.      Menurut Macionis
Interaksi sosial yaitu proses bertindak (aksi) dan membalas tindakan (reaksi) yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
2.      Menurut Broom dan Selznic
Interaksi sosial adalah proses bertindak yang dilandasi oleh kesadaran adanya orang lain dan proses menyesuaikan respon (tindakan balasan) sesuai dengan tindakan orang lain.
3.      Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack
Interaksi sosial merupakan hubunga sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok lainnya.

4.      Menurut Soerjono Soekanto
Interaksi sosial yaitu proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan sosial.
5.      Menurut Homans
Interaksi sosial adalah suatu keadaan ketika suatu aktivitas (kegiatan) yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan memakai suatu tindakan oleh pasangannya.
6.      Menurut Astrid. S. Susanti
Interaksi sosial yaitu hubungan antar manusia yang menciptakan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembuatan struktur sosial. Hasil interaksi sangat tergantung oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan pihak yang ikut terlibat dalam interaksi ini.
7.      Menurut Bonner
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar dua individu atau lebih yang paling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakukan individu lain atau sebaliknya.
8.      Menurut Maryati dan Suryawati
Interaksi sosial merupakan kontak atau hubungan timbal balik dan tindakan balasan (respon) antar individu, antar kelompok atau individu dan kelompok.
9.      Menurut Selo Soemardjan
Interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik antara manusia (individu) dengan berbagai segi kehidupan bersama.
10.  Menurut Walgito

Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik dalam interaksi sosial dapat memberikan pengaruh terhadap individu atau kelompok lain. Interaksi sosial juga berpengaruh terhadap kelompok dengan kelompok lain yang saling berhubungan.
11.  Menurut Murdiyatmo dan Handayani
Interaksi sosial sebagi hubungan yang dibangun seseorang dengan orang lainn yang dalam proses kehidupan tersebut terbangun struktur sosial. Pada struktur sosial tersebut juga terbangun hubungan yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

Jadi, dari beberapa pengertian interaksi sosial yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran ataupun tindakan. Berdasarkan ini maka, interaksi sosial tidak lain adalah sebagai suatu proses sosial.

Interaksi sosial juga mengajarkan pada kita bahwa ada dua alasan mengapa individu atau kelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan. Pertama, tidak bisa dipisahkan karena mereka memiliki kehidupan yang diciptakan melalui  interaksi sosial dalam mencapai tujuan hidup. Alasan kedua, kelompok mereka tidak bisa dipahami tanpa kehadiran yang lain. Kelompok tertentu mungkin tidak bisa dimengerti secara adat, bahasa dan budayanya jika tidak hidup bersama dalam interaksi sosial.

2.1.2   Bentuk- Bentuk Interaksi Sosial
Dalam proses interaksi terdapat bentuk-bentuk interaksinya sebagai berikut:
1.    Accidental (juga dikenal sebagai kontak sosial)
Tidak direncanakan dan mungkin tidak diulang. Misalnya, meminta orang asing untuk menunjukkan arah atau bertanya kepada penjaga toko untuk ketersediaan produk.
2.  Repeated / diulang – tidak direncanakan
Pasti akan terjadi dari waktu ke waktu. Misalnya, tidak sengaja bertemu tetangga dari waktu ke waktu saat berjalan di jalan Anda.
3.  Regular/ biasa – tidak direncanakan, tapi sangat umum
Pertemuan penjaga keamanan setiap hari kerja di tempat kerja Anda, makan setiap hari di restoran yang sama, dll.
4.  Regulated / diatur – direncanakan dan diatur oleh adat atau hukum
Pasti akan menimbulkan pertanyaan ketika terjawab. Interaksi di tempat kerja (datang untuk bekerja, rapat staf, dll), keluarga, dll.

Secara sederhana “hubungan” atau “communication” dapat diartikan sebagai “process by wich  a person transmits a message to another” yang berarti proses penyampaian berita dari seseorang kepada orang lain. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
Hubungan sekolah dengan masyarakat (Husemas) adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah.

Kindred, balgin dan Gallagher (1976) mendefinisikan hubungan sekolah dengan masyarakat ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personel sekolah dengan masyarakat.
Onong U. Efendi dalam bukunya Human Relations and Public Relations dalam Management (1973:55) mengemukakan bahwa public relations adalah kegiatan berencana untuk menciptakan, membina, dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi organisasi di satu pihak san publik di lain pihak. Untuk mencapainya adalah dengan jalan komunikasi yang baik dan luas secara timbal balik.
Sedangkan menurut Syamsi, hubungan dengan masyarakat adalah untuk mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu badan, publik harus diberi penerangan-penerangan yang lengkap dan obyektif mengenai kegiatan-kegiatan yang menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian akan timbul pengertian darinya. Selain itu pendapat-pendapat dan saran–saran dari publik mengenai kebijaksanaan badan itu harus diperhatikan dan dihargai (suryosubroto, 2004: 155).
Definisi tersebut diatas mengandung beberapa elemen penting, sebagai berikut:
1.         Adanya kepentingan yang sama antara sekolah dengan masyrakat. Masyarakat memerlukan sekolah untuk menjamin bahwa siswa sebagai generasi penerus akan dapat hidup lebih baik, demikian pula sekolah.
2.         Untuk memenuhi harapan masyarakat itu, masyarakat perlu berperan serta dalam pengembangan sekolah. Yang dimaksud peran serta sekolah adalah kepedulian masyarakat tentang hal-hal yang terjadi disekolah, serta tindakan membangun dalam perbaikan sekolah.
3.         Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerja sama yang baik, melalui komunikasi dua arah yang efisien.

Ada banyak hal yang dapat diungkapkan tentang ruang lingkup hubungan sekolah dengan masyarakat, antara lain yaitu sebagai beikut :
2.3.1        Konsep-Konsep Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Konsep hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sangat luas dan kompleks serta beranekaragam. Berikut ini ada bermacam-macam konsepsi hubungan sekolah dengan masyarakat untuk dapat dipertimbangkan mana yang lebih efektif dikembangkan si sekolah mendatang.
Menurut Amateambun dalam bukunya Guru dalam Administrasi sekolah pembangunan “konsepsi hubungan sekolah dengan masyarakat” adalah sebagai berikut :
1.    Konsep “menunggu”
Pada konsep ini sekolah hanya menunggu dan mengharapkan perhatian dan bantuan dari masyarakat.
2.    Konsep preventif
Dalam konsep  preventif kegiatan-kegiatan sekolah hanyalah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
3.    Konsep tanda bahaya
Pada konsep ini kegiatan-kegiatan hubungan sekolah masyarakat terjadi bila ada bahaya misalnya kebakaran, bangunan runtuh dan sebagainya. Sehingga sekolah memerlukan bantuan/kontak dengan masyarakat.
4.    Konsep pameran
Pada konsep pemeran sekolah hanya sekedar memamerkan kegiatannya kepada masyarakat.
5.    Konsep prestise
Dalam konsep ini kegiatan-kegiatan sekolah sebagai alat untuk meninjolkan kariernya. Biasanya hal ini cenderung untuk mencari popularitas sekolah.
6.    Konsep partnership
Konsep ini hubungan yang terjalin dapat diinterpretasikan sebagai hubungan proses timbal balik. Dimana kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan masyarakat juga menjadi kebutuhan dan keinginan sekolah. Terutama dalam kegiatan kurikuler.
7.    Konsep social leadership
Dalam konsep ini sekolah sebagai lembagan pendidikan utama masyarakat, harus dan diharapkan dapat membina kepemimpinan dengan pihak yang erat hubungannya problema-problema sosial.

2.3.2        Prinsip Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hubungan sekolah dan masyarakat, antara lain:
1.    Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik maupun informasi kegiatan yang bersifat non akademik.
Biasanya sering terjadi sekolah tidak menginformasikan atau menutupi sesuatu yang sebenarnya menjadi masalah sekolah dan perlu bantuan atau dukungan orang tua siswa. Oleh sebab itu sekolah harus sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan adanya salah persepsi, salah interpretasi tentang informasi yang disajikan dengan melengkapi informasi yang akurat dan data yang lengkap, sehingga dapat diterima secara rasional oleh masyarakat. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan penilaian dan kepercayaan masyarakat atau orang tua siswa terhadap sekolah, atau dengan kata lain transparansi sekolah sangat diperlukan, lebih-lebih dalam era reformasi dan abad informasi ini, masyarakat akan semakin kritis dan berani memberikan penilaian secara langsung tentang sekolah.

2.    Continuity
Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus. Jadi pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya dilakukan secara insedental atau sewaktu-waktu, misalnya satu kali dalam satu tahun atau sekali dalam satu semester, hanya dilakukan oleh sekolah pada saat akan meminta bantuan keuangan kepada orang tua atau masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat selalu beranggapan apabila ada panggilan sekolah untuk datang ke sekolah selalu dikaitkan dengan uang. Akibatnya mereka cenderung untuk tidak menghadiri atau sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri undangan sekolah. Apabila ini terkondisi, maka sekolah akan sulit mendapat dukungan yang kuat dari semua orang tua siswa dan masyarakat.
Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekolah, permasalahan-permasalahan sekolah bahkan permasalahan belajar siswa selalu muncul dan berkembang setiap saat, karena itu maka diperlukan penjelasan informasi yang terus menerus dari sekolah untuk masyarakat atau orang tua siswa, sehingga mereka sadar akan pentingnya keikutsertaan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan putra-putrinya.

3.    Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok  pihak pemberi informasi (sekolah) dapat menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui pertemuan langsung maupun  melalui media hendaknya disajikan dalam bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar (masyarakat setempat).
Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa: informasi yang disajikan dinyatakan dengan kata-kata yang penuh persahabatan dan mudah dimengerti. Banyak masyarakat yang tidak memahami istilah-istilah yang sangat ilmiah, oleh sebab itu penggunaan istilah sedapat mungkin disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat.

4.    Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup semua aspek, faktor atau substansi yang perlu disampaikan dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan kurikuler, remedial teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini juga mengandung makna bahwa segala informasi hendaknya:
a.    Lengkap
Lengkap berarti tidak satu informasipun yang harus ditutupi atau disimpan,  padahal masyarakat atau orang tua siswa mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan dan kemajuan sekolah dimana anaknya belajar. Oleh sebab itu informasi kemajuan sekolah, masalah yang dihadapi sekolah serta prestasi yang dapat dicapai sekolah harus dinformasikan kepada masyarakat.

b.   Akurat
Akurat artinya informasi yang diberikan memang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam kaitannya ini juga berarti bahwa informasi yang diberikan jangan dibuat-buat atau informasi yang obyektif.

c.    Up to date
Up to date berarti informasi yang diberikan adalah informasi perkembangan, kemajuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir.
Dengan demikian masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunnya.

5.    Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif  dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif  kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan respon hal-hal positif tentang sekolah  serta mengerti dan memahami secara detail berbagai masalah yang dihadapi sekolah. Apabila hal tersebut dapat mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat daftar masalah yang perlu dikomunikasikan secara terus menerus kepada sasaran masyarakat tertentu.
Prinsip ini juga berarti dalam penyajian informasi hendaknya obyektif tanpa emosi dan rekayasa tertentu, termasuk dalam hal ini memberitahukan kelemahan-kelemahan sekolah dalam memacu peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Penjelasan yang konstruktif  akan menarik bagi masyarakat dan akan diterima oleh masyarakat tanpa prasangka tertentu, hal ini akan mengarahkan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan sekolah. Untuk itu informasi yang ramah, obyektif  berdasarkan data-data yang ada pada sekolah.

6.    Adaptability
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan pelaksanaan kegiatan hubungan dengan masyarakat pun harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Misalnya saja masyarakat daerah pertanian yang setiap pagi bekerja di sawah, tidak mungkin sekolah mengadakan kunjungan (home visit) pada pagi hari.

2.3.3        Tujuan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat dibangun dengan tujuan popularitas sekolah di mata masyarakat. Popularitas sekolah akan tinggi jika mampu menciptakan program-program sekolah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan dari program tersebut mampu melahirkan sosok–sosok individu yang mapan secara intelektual dan spiritual. Dengan popularitas ini sekolah eksis dan semakin maju.
Mengenai tujuan, menurut T. Sianipar dapat ditinjau dari sudut kepentingan kedua lembaga tersebut, yaitu kepentingan sekolah dan kepentingan masyarakat.
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk:
1.    Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2.    Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3.    Memperlancar proses belajar mengajar.
4.    Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

Sedangkan ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan hubungannya dengan sekolah adalah untuk :
1.    Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spiritual.
2.    Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
3.    Menjamin relevensi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4.    Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.

Secara lebih kongkrit lagi, tujuan diselenggarakan hubungan sekolah dan masyarakat adalah :
1.    Mengenalkan pentingnya sekolah kepada masyarakat.
2.    Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang diperlukan bagi pengembangan sekolah.
3.    Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah.
4.    Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5.    Mengembangkan kerjasama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak- anak.

Sedangkan Elsbree mengemukakan tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah :
1.    Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
2.    Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
3.    Untuk mengembangkan antusiasme/ semangat saling bantu antara sekolah dengan masyarakat demi kemajuan kedua belah pihak.
Ketiga tujuan tersebut menggambarkan adanya “two way trafic” atau dua arus komunikasi yang saling timbal balik antara sekolah dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan baik apabila terjadi kesepakatan antara sekolah dengan masyarakat tentang “policy”(kebijakan), perencanaan program dan strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan demikian tidak lagi ada “barrier” (penghalang) dalam melaksanakan program hubungan sekolah dengan masyarakat.

2.3.4        Fungsi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Fungsi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat adalah menarik simpati masyarakat umumnya serta publik khususnya, sehingga dapat meningkatkan relasi serta animo pada sekolah tersebut. Hal ini akan membantu sekolah mensukseskan program-programnya. Sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat diantarnya sebagai berikut :
1.    Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua.
2.    Memelihara hubungan baik dengan komitte sekolah.
3.    Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta dan organisasi nasional.
4.    Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui bermacam-macam tehnik komunikasi (majalah, surat kabar dan mendatangkan sumber).

Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat, didalamnya terdapat reaksi dan interaksi antar warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, siswa, tenaga administrasi sekolah serta petugas sekolah lainnya misalnya dokter sekolah, pelayan atau penjaga sekolah, warung sekolah dan lain-lain, sebagai salah satu lembaga masyarakat maka untuk dapat menjalankan tugasnya maka sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.             Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang sudah using dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat harus diperbaiki dan disesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat (sudah barang tentu masyarakat yang maju, bukan masyarakat tebelakang).
2.             Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan riil di masyarakat.
3.             Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya dengan demikian maka akan terdapat hubungan fungsional antara sekolah dengan masyarakat.
4.             Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan kedua belah pihak akan terpenuhi.
5.             Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengembangkan pembaharuan tata kehidupan masyarakat.

Dalam mengemban fungsi lembaga pengembangan masyarakat, guru mempunyai peranan yang cukup penting selain sebagai pengajar di sekolah, ia juga sebagai pemimpin masyarakat baik luar sekolah maupun masyaraka sekolah.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit guru yang memangku jabatan masyarakat misalanya, Koperasi Unit Desa (KUD), Karang Taruna, atau organisasi-organisasi yang ada dimasyarakat, dan lain sebagainya. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada kuantitas dan kualitas keluaran atau produk sekolah tersebut dan berapa jauh masyarakat dapat menikmati keluara/produk sekolah.

Makin luas sebaran produk sekolah ditengah-tengah masyarakat dan makin meningkat kualitasnya maka produk sekolah tersebut telah membawa pengaruh positif terhadap perkembangan masyarakat. Pengaruh tersebut ialah sebagai berikut :
1.         Mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.         Membawa virus pembruan bagi perkembangan masyarakat.
3.         Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja dilingkungan masyarakat.
4.         Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.

Didalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditegaskan bahwa Pendidikan Berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan meningkatkan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memerkuat kepribadian serta mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Maka berdasarkan itulah bahwa pengaruh sekolah dengan masyarakat dapat berfungsi dan berperan untuk sebagai berikut:
1.         Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.         Meningkatkan kecerdasan.
3.         Meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan tenaga terampil, serta dapat meningkatkan produksi kerja.
4.         Membentuk pribadi dan budi pekerti.
5.         Melestarikan nilai-nilai yang terpuji dalam masyarakat.
6.         Pembangunan nilai baru yang dianggap serasi oleh masyarakat dalam menghadapi tantangan perkembangan ilmu, teknologi dan modernisasi.
7.         Menanamkan dan mempertebal semangat kebangsaan.

Mohammad Noor Syam, dalam bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, mengemukakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat sangat bersifat korelatif, bahkan seperti telur dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya ditemukan dalam masyarakat yang maju pula.
Masyarakat dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap sekolah.
1.         Masyarkat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah
2.         Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat
3.         Masyarakat ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya.
4.         Masyarakat meyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari oleh siswa.
5.         Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar.

Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangat besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan sebagai berikut.
1.         Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, siswa akan mendapatkan pengalaman langsung hingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah di ingat.
2.         Pendidikan membina para siswa yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
3.         Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin guru sendiri belum mengetahuinya.
4.         Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang terdidik dan siswa pun membutuhkan masyarakat.

Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia di dalam hidupnya. Jadi, apa yang ingin dikembangkan merupakan apa yang dapat dimanfaatkan dari arah pengembangan itu sendiri.
Kendatipun demikian, sekolah tidak bisa lepas dari efek-efek luar yang saling mempengaruhi keberadaannya, terutama bagi masyarakat sekitarnya yang mempunyai hubungan saling ketergantungan.
Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas tidaknya produk serta kualitas output pendidikan (sekolah) itu sendiri.
Semakin besar output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat.

Apabila kita hubungkan antara status seorang guru dengan kepala sekolah, tidak ada bedanya, karena sebelum menjadi kepala sekolah, la juga pernah menjadi guru. Karena sudah menjadi kepala sekolah, bukan berarti tidak bisa mengajar lagi, Ia masih berhak untuk mengajar.
Maka dapat dikatakan hubungan kepala sekolah dengan siswa inilah yang sering berlangsung.  Dilihat dari segi jenis hubungan yang dikemukakan diatas, hubungan kepala sekolah dengan siswa ini adalah yang termasuk jenis hubungan antara sipendidik dengan peserta didik.

Dilihat dari tugasnya kepala sekolah sebagai penggerak suatu lembaga pendidikan, selain memberi arahan kepada para stafnya, la juga memberi arahan berupa teguran, larangan sampai hukuman bahkan dukungan yang tertentu kepada siswanya. Maka hubungan kepala sekolah dengan siswa dapat digolongkan pada jenis hubungan fungsional, tidak kurang pula usaha-usaha yang dapat dilaksanakan sehubungan dengan tugas sebagai seorang atasan. Kepala sekolah yang professional, harus professional dalam segala hal baik siswanya, stafnya maupun masyarakat pada umumnya.
Dalam hal ini, hubungan fungsional antara kepala sekolah dengan siswa dapat berlangsung secara konsekuen. Disamping pengetahuan pengalaman dan ketakjuban kepala sekolah, pribadi kepala sekolah memegang peranan tertentu dan sangat amat penting. Menyangkut dengan kesibukan-kesibukan yang ada, sehingga jarang sekali hubungan antara kepala sekolah dengan siswanya, seperti guru-guru yang lain.

Dalam lembaga pendidikan pasti ada organisasi , dan dalam organisasi tersebut berjalan dengan lancar atau tidaknya, tergantung dari para pemimpin atau semua stafnya. Interaksi kepala sekolah dengan komite sekolah, dilihat dari segi jabatan, masing-masing bersifat fungsional dan dilihat dari segi manusia itu bersifat pribadi. Dalam interaksi sehari - hari, sering kita lihat bahwa hubungan kepala sekolah dengan komite sekolah, hubungannya bersifat instrumental. Sebagaimana dalam suatu hubungan, masih ada kesalahpahaman antara kepala sekolah dengan komite sekolah.
Untuk tetap menjaga hubungan antara kepala sekolah perlu diperhatikan hal sebagai berikut:
Agar guru dapat menunaikan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab, dalam melaksanakan, melancarkan kepemimpinan kepala sekolah memerlukan bermusyawarah, baik dalam hubungan dengan guru secara individu maupun secara berkelompok.
Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada komite sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan sekolah. Peranan dan tanggung jawab kepala sekolah disini sangat menentukan. Beberapa kesempatan untuk berpartisipasi itu antara lain:
1.         Memperbaiki dan menyempurnakan rencana pelajaran sekolah.
2.         Merencanakan program supervisi pendidikan sekolah
3.         Merencanakan kebijaksanaan- kebijaksanaan kepegawaian sekolah.
4.         Merencanakan kegiatan-kegiatan ekstra kulikulerr di sekolah.
5.         Menyusun tata tertib sekolah.
6.         Menetapkan kebijaksanan dan pedoman penerimaan murid baru di sekolah.
7.         Menetapkan rangkaian kegiatan program penilaian dan penyelenggaraan ujian sekolah.
8.         Menyelenggarakan rencana rapat sekolah dan membentuk atau menentukan pimpinan rapat secara bergilir.
9.         Merencanakan penggunaan sarana dan prasarana sekolah.
10.     Merencanakan kegiatan peringatan upacara-upacara Nasional di sekolah.

Selain beberapa hal di atas, ada juga dengan cara memberikan kesempatan kepada komite sekolah oleh kepala sekolah, maka hubungan kepala sekolah dengan komite sekolah akan terjalin baik dan erat, dalam arti masing-masing pengurus komite merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelancaran tugas-tugas sekolah. Dalam hal ini mereka merasa diperhatikan. Agar hubungan kepala sekolah dengan guru tidak sepihak tetapi dilaksanakan secara timbal balik. Dengan demikian prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik.
Interaksi kepala sekolah dengan komite sekolah, inipun pada prinsipnya berlaku bagi hubungan kepala sekolah dengan instansi atasannya, seperti kepala sekolah, Kepala Kantor Pembinaan Wilayah, Pengawas pada tiap-tiap kantor pembinaan Kabupaten, Kota Madya dan Propinsi baik secara perseorangan maupun melalui organisasi-organisasi instansi yang ada.

Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial (masyarakat), sekolah merupakan hasil dari perkembangan masyarakat, sekolah adalah salah satu bentuk pernyataan rohani manusia untuk memelihara kelangsungan hidup menurut jenisnya.
Sekolah sebagai salah satu hasil perkembangan masyarakat, sebagai hasil dari suatu kehidupan yang terorganisasi dimana norma-norma, hukum, peraturan, adat istiadat dan tata krama menjadi landasan utama. Oleh karena itu sekolah merupakan hasil, alat serta merupakan salah satu lembaga masyarakat.
Maka dengan demikian, kepala sekolah harus dapat menggambarkan tentang tata cara atau suasana sekolah sebagaimana tentang tata cara yang ada dalam masyarakat. Semuanya dapat berjalan dengan lancar tetapi tergantung dari kepala sekolah sebagai pihak utama yang menjalankan atau menggerakkan lembaga sekolah tersebut, sebagaimana juga tentang organisasi atau kegiatan sekolah, harus dilandasi dan berpedoman pada kepentingan-kepentingan masyarakat.

Tujuan dari interaksi kepala sekolah dengan masyarakat, selain memberikan pelajaran atau arahan di sekolah, kepala sekolah juga mempunyai tanggung jawab moril untuk memberikan penjelasan-penjelasan, penerangan tentang tujuan-tujuan pendidikan, program sekolah, serta harapan-harapan yang diperlukan oleh masyarakat pada umumnya.

Secara garis besar tujuan interaksi antara kepala sekolah dengan masyarakat dalam hubungan insani adalah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan, membina pengertian masyarakat tentang semua aspek-aspek, bidang pelaksanaan daripada kegiatan atau program pendidikan disekolah.
2.      Menampung, apakah dan bagaimana sebenarnya harapan-harapan mengenai tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di setiap jenis dan tingkat sekolah.
3.      Memperoleh partisipasi, dukungan dan bantuan-bantuan secara konkrit dari masyarakat baik berupa keuangan, materil, seperti gedung-gedung, alat-alat pelajaran, tanah, dl. Yang semuanya ditujukan demi kelancaran sekolah itu.
4.      Menimbulkan dan membangkitkan rasa tanggung javab yang lebih besar lagi pada masyarakat, baik mengenai kuantitasnya maupun kualitasnya (mutunya)
5.      Dengan adanya pengertian masyarakat tentang masalah-masalah dalam bidang pendidikan, maka usaha-usaha untuk merealisir atau mewujudkan perubahan-perubahan yang perlu diadakan seperti gagasan tentang automatic promotion, metematika modern, ujian sekolah, sekolah pembangunan dll, dapat difahami masyarakat. Atas dasar pengertian dan pengetahuan yang seluas-luasnya dapat diperoleh dukungan, bantuan sosial dan materil.
6.      Kerja sama ini bertujuan pula untuk mengikut sertakan masyarakat, serta aktif dalam usaha memecahkan masalah atau persoalan pendidikan.
7.      Kerja sama antara kepala sekolah dengan masyarakat itu dapat pula meningkatkan semangat kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dan meningkatkan partisipasi para pemimpin serta kepemimpinannya dalam rangka peningkatan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Sanafiah Faisal mengemukakan bahwa hubungan antara kepala sekolah dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari 2 segi berikut antara lain:
1.        Kepala sekelah sebagai pelaksana suatu lembaga pendidikan dan julukan dari kepala sekolah adalah PATNER masyarakat dalam melaksanakan fungsi pendidikan, dalam konteks ini, berarti keduanya, yaitu kepala sekolah dengan masyarakat diakui sebagai suatu pelaksana lembaga pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional.
a.    Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pelaksana Pendidikan
Fungsi kepala sekolah sebagai pelaksana pendidikan di suatu sekolah, sedikit banyak dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat. Pengalaman pada berbagai macam kelompok pergaulan dalam masyarakat, jenis bacaan, tontonan, serta aktifitas-aktifitas lainnya di tengah masyarakat kesemuanya membawa pengaruh terhadap fungsi pendidikan yang dimainkan kepala sekolah sebagai pelaksana lembaga pendidikan atau sekolah terhadap diri seseorang. Kondusif tidaknya dan positif tidaknya pengalaman seseorang.

b.      Fungsi Kepala Sekoiah Sebagai Pelaksana Pendidikan
Fungsi kepala sekoiah sebagai pelaksana pendidikan di sekolah akan dipergaruhi oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunan sumber-sumber belajar di masyarakat.

Kekayaan sumber-sumber belajar ditengah masyarakat seperti adanya perpustakaan umum, adanya museum, kebun binatang, adanya peredaran Koran, majalah dan sumber belajar lainnya.

2.        Kepala sekolah sebagai prosedur yang menerima atau tidaknya pesan-pesan pendidikan dari masyarakat lingkungannya.

Berdasarkan hal ini, antara kepala sekolah sebagai pelaksana suatu lembaga pendidikan dengan masyarakat memiliki ikatan atau hubungan rasional bersadarkan kepentingan di kedua belah pihak.

Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
2.      Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.
3.      Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
4.      Membantu pemimpin dalam mengembangkan rencana dan kegiatan lanjutan yang berhubungan dengan pelaksanaaan kepada masyarakat sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan pihak luar, yang ternyata menumbuhkan harapan untuk penyempurnaaan kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi.
5.      Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan.
6.      Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja sama.
7.      Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan.
8.      Menunjukkan pergantian keadaan pendapat umum.

Asas kerja hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.    Obyektif dan Resmi
Semua informasi atau pemberitaan yang disampaikan kepada masyarakat harus merupakan suara resmi dari instansi atau lembaga yang bersangkutan.
2.      Organisasi yang Tertib dan Berdisiplin
Hubungan sekolah dengan masyarakat hanya akan berfungsi bilamana tugas-tugas organisasi atau lembaga berjalan secara lancar dan efektif serta memiliki hubungan kerja ke dalam dan ke luar organisasi yang efektif pula.
3.      Informasi harus bersikap mendorong timbulnya keinginan untuk ikut berpartisipasi atau ikut memberikan dukungan secara wajar dari masyarakat.
4.      Kontinuitas Informasi
Hubungan sekolah dengan masyarakat harus berusaha agar masyarakat memperoleh informasi secara kontinu sesuai dengan kebutuhan.
5.      Respon yang timbul di kalangan masyarakat umpan balik dari informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian sepenuhnya.

Kenyataan membuktikan, hubungan sekolah dengan masyarakat tidak selalu berjalan baik. Berbagai kendala yang sering ditemukan antara lain : komunikasi yang terhambat dan tidak professional, tindak lanjut program yang tidak lancar dan pengawasan yang tidak terstruktur. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut beberapa hal bisa menjadi alternatif, adanya laporan berkala mengenai berbagai kegiatan sekolah serta keuangannya, diadakannya berbagai kegiatan yang mengakrabkan seperti open house kunjungan timbal balik dan program kegiatan bersama seperti pentas seni, perpisahan.

Ada sejumlah teknik yang kiranya dapat diterapkan lembaga pendidikan, teknik-teknik tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu teknik tertulis, teknik lisan, dan teknik peragaan, teknik elektronik.
1.         Teknik Tertulis
Hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat dilakukan secara tertulis, cara tertulis yang dapat digunakan meliputi:
a.       Buku kecil pada permulaan tahun ajaran
Buku kecil pada permulaan tahun ajaran baru ini isinya dijelaskan tentang tata tertib, syarat-syarat   masuk, hari-hari libur, hari-hari efektif. Kemudian buku kecil ini dibagikan kepada orang tua siswa.
b.      Pamflet
Pamflet merupakan selebaran yang biasanya berisi tentang sejarah lembaga pendidikan tersebut, staf pengajar, fasilitas yang tersedia, dan kegiatan belajar. Pamflet ini selain di bagikan ke wali siswa juga bisa di sebarkan ke masyarakat umum, selain untuk menumbuhkan pengertian masyarakat juga sekaligus untuk promosi lembaga.
c.       Berita kegiatan siswa
Berita ini dapat dibuat sederhana mungkin pada selebaran kertas yang berisi informasi singkat tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah. Dengan membacanya orang tua siswa mengetahui apa yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut, khususnya kegiatan yang dilakukan siswa.
d.      Catatan berita gembira
Teknik ini sebenarnya mirip dengan berita kegiatan siswa, keduanya sama-sama ditulis dan disebarkan ke orang tua. Hanya saja catatan berita gembira ini berisi tentang keberhasilan seorang siswa. Berita tersebut ditulis di selebaran kertas dan disampaikan kepada wali siswa atau bahkan disebarkan ke masyarakat.
e.       Buku kecil tentang cara membimbing anak
Dalam rangka menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua, kepala sekolah atau guru dapat membuat sebuah buku kecil yang sederhana yang berisi tentang cara membimbing anak yang efektif, kemudian buku tersebut diberikan kepada orang tua murid.

2.      Teknik Lisan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat juga dilakukan secara lisan, cara lisan yang dapat digunakan meliputi:
a.       Kunjungan rumah
Dalam rangka mengadakan hubungan dengan masyarakat, pihak sekolah dapat mengadakan kunjungan ke rumah wali siswa, warga atupun tokoh masyarakat. Melalui kunjungan rumah ini guru akan mengetahui masalah siswa dirumahnya. Apabila setiap siswa diketahui problemnya secara totalitas, maka program pendidikan akan lebih mudah direncanakan untuk disesuaikan dengan minatnya.
b.      Panggilan orang tua
Selain mengadakan kunjungan ke rumah, pihak sekolah sesekali juga memanggil orang tua siswa untu datang ke sekolah. Setelah datang, mereka diberi penjelasan tentang perkembangan pendidikan di lembaga tersebut. Mereka juga perlu diberi penjelasan khusus tentang perkembangan pendidikan anaknya tersebut.
c.       Pertemuan
Dengan teknik ini berarti sekolah mengundang masyarakat dalam acara pertemuan khusus untuk membicarakan masalah atau hambatan yang dihadapi sekolah. Pertemuan ini sebaiknya diadakan pada waktu tertentu yang dapat dihadiri oleh semua pihak yang diundang. Sebelum pertemuan dimulai acaranya disusun terlebih dahulu. Oleh karena itu, setiap akan mengadakan pertemuan sebaiknya dibentuk panitia penyelenggara.

3.      Teknik Peragaan
Hubungan sekolah dengan masyarakat dapat dilakukan dengan cara mengundang masyarakat melihat peragaan yang diselenggarakan sekolah. Peragaan yang diselenggarakan biasanya berupa pameran keberhasilan siswa. Misalkan, saat acara pisah kenang kelulusan kelas 6, atau pada acara akhir semester  saat rapar akhir tahun bersama wali siswa, siswa-siswi dapat menunjukkan kesenian, seperti menampilkan untuk bernyanyi, membaca puisi, menari dll. Pada kesempatan itu kepala sekolah atau guru tersebut dapat menyampaikan program-program peningkatan mutu pendidikan dan juga masalah atau hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan program-program itu.

4.      Teknik Elektronik
Seiring dengan perkembangan teknologi elektronik maka dalam mengakrabkan sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat pihak sekolah dapat menggunakan sarana elektronik, misalkan dengan telpon, televisi, radio ataupun media sosial yang sekaligus sebagai sarana untuk promosi pendidikan.



BAB III
PENUTUP


Pengertian interaksi sosial dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran ataupun tindakan. Berdasarkan ini maka, interaksi sosial tidak lain adalah sebagai suatu proses sosial.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah.
Ruang lingkup hubungan sekolah dengan masyarakat, terdapat beberapa unsur antara lain: konsep-konsep, prinsip, tujuan, dan fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat. Pada ruang lingkup ini dijelaskan secara rinci bahwa sekolah sangat berperan penting dalam lingkungan masyarakat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat berpengaruh dalam hal Ketuhanan, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan generasi bangsa, membentuk budi pekerti yang luhur dengan pendidikan karakater, membangun dan mempertahankan nilai-nilai dalam masyarakat, dan dapat menumbuhkan sikap nasionalisme.
Interaksi Kepala sekolah dengan siswa sebenarnya sama halnya berinteraksi atau hubungan dengan guru, maka dapat dikatakan hubungan kepala sekolah dengan siswa inilah yang sering berlangsung.  Dilihat dari segi jenis hubungan yang dikemukakan diatas, hubungan kepala sekolah dengan siswa ini adalah yang termasuk jenis hubungan antara sipendidik dengan peserta didik.
Interaksi yang berlangsung antara kepala sekolah dengan komite sekolah hubungannya bersifat instrumental. Sebagaimana dalam suatu hubungan, masih ada kesalahpahaman antara kepala sekolah dengan komite sekolah.
interaksi kepala sekolah dengan masyarakat, sangat berperan penting selain memberikan pelajaran atau arahan di sekolah, kepala sekolah juga mempunyai tanggung jawab moril untuk memberikan penjelasan-penjelasan, penerangan tentang tujuan-tujuan pendidikan, program sekolah, serta harapan-harapan yang diperlukan oleh masyarakat pada umumnya.
Dalam hubungan sekolah dengan masyarakat juga mempunyai tugas pokok, tugas pokok tersebut, yaitu menyampaikan ide atau informasi, membantu saat ada kekurangan pada sekolah dalam hal tenaga saat akan ada acara pasti disekolah membutuhkan masyarakat atau wali siswa untuk terjun langsung membantu kegiatan acara tersebut. Ide-ide atau pendapat dari masyarakat juga berperan penting untuk kritik dan saran kepada pihak sekolah agar lebih baik dikedepannya.
Asas-asas hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain: obyektif dan resmi, organisasi yang tertib dan berdisiplin, kontinuitas informasi, informasi harus bersikap mendorong timbulnya keinginan untuk ikut berpartisipasi atau ikut memberikan dukungan secara wajar dari masyarakat, dan respon yang timbul di kalangan masyarakat umpan balik dari informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian sepenuhnya.
Teknik-teknik dalam hubungan sekolah dengan masyarakat sebenarnya sebagai media informasi pertumbuhkembangan siswa kepada orang tua, atau sebagai media promosi atas prestasi yang diraih dan promosi atas eksistensi sebuah sekolah.

       Dengan adanya makalah ini, kami berharap agar para pembaca umumnya dan kami sebagai penulis khususnya, dapat menjadikan makalah ini sebagai acuan bahan pembelajaran. Oleh karena itu kami juga berharap kepada semua pihak yang membaca makalah ini, kiranya dapat memberikan masukan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki penyusunan makalah ini dan makalah selanjutnya menjadi makalah yang lebih baik dan bermanfaat untuk semua pembaca. 

Ahmadi , H. Abu & Uhbiyati, Nur. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ashar, Fajar. 2013. (Online). (http://pengertianahli.id/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli/ diakses tanggal 1 Maret 2019)
Daryanto, H.M.  2005. .Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Faisal, Sanafiah. 1981. .Pendidikan Luar Sekolah didalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan Nasional. Surabaya: CV. Usaha Nasional.
Ihsan, H. Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
S, Sagala. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multima.
Suryasubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Zainuddin, Mohammad. 2010. Sosio-Antropologi Pendidikan SD. Malang: PHK S1 PGSD-A Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.